Selasa, 21 Mei 2013

Janji "Man Jadda Wajada"


Man jadda wajada. Pepatah arab ini tentunya populer ya di telinga sebagian besar orang, termasuk kalian. Dan mungkin kalian sudah tau artinya, yaitu "Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapat."

Tapi apakah hanya sebatas itu saja?

Hampir sepuluh tahun yang lalu ketika saya untuk pertama kalinya mendengar pepatah ini, diajarkan dalam pelajaran mahfudzat (pelajaran berisi pepatah-pepatah arab, karena kebetulan saya juga sekolah di Mts pada waktu itu) oleh guru saya. Itu adalah kalimat pertama yang selalu diajarkan kepada seluruh siswa secara turun temurun. Yaa intinya, kita dianjurkan untuk bersungguh-sungguh kalau mau menggapai cita-cita. Dalam konteks murid, bersungguh-sungguh belajar.

Tapi lama kemudian saya baru benar2 mengerti makna di balik setiap kalimatnya. Itupun baru sekedar makna harfiah... Bahwa apa yang dijanjikan kalimat man jadda wajada bukan sekedar "AKAN MENDAPAT" tapi "SUDAH PASTI MENDAPAT". Kok bisa?

Waktu saya kelas 2 SMA, saya pernah bertanya ke ustadz saya (atau mungkin ustadz saya yg bertanya duluan, saya lupa, pokoknya ada semacam tanya jawab antara saya dan beliau deh). Ada keganjilan di kalimat man jadda wajada itu kalau dilihat dari segi arti. Mungkin bagi beberapa orang yang mempelajari struktur kalimat bahasa arab bisa melihat ini. Arti man jadda wajada kan 'barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia AKAN mendapat'. "Akan" itu menunjukkan hal yang belum terjadi, future tense kalau dalam bahasa inggris. Tapi kalau dilihat dari bahasa arabnya, "akan mendapat" itu ditulis dengan kata "wajada" yang merupakan fi'il madli atau kata kerja lampau (past tense), yang harusnya berarti 'sudah mendapat'.

Jadi, seharusnya artinya begini "Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia SUDAH mendapat."

Padahal jelas-jelas apa yang dia dapatkan setelah bersungguh-sungguh itu bakal didapat di masa depan kan? Gak mungkin dia mendapat dulu baru bersungguh-sungguh atau dia mendapat bersamaan dengan kesungguhannya dia.

Ustadz saya menjelaskan, di situlah uniknya. Itu bukanlah kesalahan struktur kalimat. Tapi mengapa tetap digunakan kata kerja lampau (wajada) untuk mengartikan sesuatu yang akan terjadi ? Hal itu menunjukkan kesungguhan bahwa hal itu BENAR-BENAR PASTI terjadi. Jadi, orang yang bersungguh-sungguh itu bukan hanya AKAN mendapat tapi BENAR-BENAR PASTI mendapat, sampai bisa dituliskan dalam kalimat lampau yang menunjukkan seolah-olah dia memang sudah mendapatkan apa yang diinginkannya ketika dia mulai bersungguh-sungguh. Itulah janji pepatah tersebut bagi orang yang mau bersungguh-sungguh. Dan memang itulah kenyatannya.

Oke mungkin tentang grammar bahasa arab ini agak membingungkan, tapi mengerti maksud saya kan ya? Hehe.
Gampangnya, dalam bahasa inggris kamu mau ngomong "I will go tomorrow" tapi malah bilang "I went tomorrow". Ganjil kan? Sebenarnya saya sempat searching di internet apakah ada orang yang pernah membahas hal ini sebelumnya, tapi sejauh yang saya dapat sih belum ada.

Semenjak mendengar jawaban ustadz saya itu, pandangan saya terhadap kalimat man jadda wajada jadi berubah total. Jadi semacam.. Hmm apa yaa.. Meyakini gitu deh. Dengan yakin yang seyakin-yakinnya. Bahwa memang kalau mau berhasil ya harus sungguh-sungguh. Bahwa setiap orang yang bersungguh-sungguh ya pasti mendapat hasil.

Bagaimana denganmu? :)

1 komentar: